Menyimak
wawancana Najwa Shihab di Metro TV tadi malam (25 Juni 2014) membuat saya
semakin mengerti peran penting staffing sebagai salah satu fungsi manajemen
yang amat sangat penting. Dalam acara Mata Najwa tersebut, menghadirkan
pelaksana tugas gubernur DKI Jakarta yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Banyak
inspirasi yang dapat diambil dari perbincangan ini, akan tetapi ada satu hal
yang membuat terinspirasi untuk menulis artikel ini.
Informasi
yang dikemukakan Ahok yang membuat kita tercenggang adalah adanya penghematan Rp.2,4
Triliun APBD Jakarta hanya dari Dinas Pendidikan saja. Hal ini terjadi karena
Ahok melakukan review terhadap usulan kegiatan dari Dinas Pendidikan. Adalah Marbun,
Kepala Dinas Pendidikan, yang menemukan adanya banyak duplikasi
anggaran/kegiatan dan inefisiensi anggaran. Marbun orang baru yang ditunjuk
untuk membenahi kinerja dinas pendidikan, setelah sebelumnya kepala dan wakil kepala
dinas dicopot oleh Ahok. Hal ini mengingatkan saya akan suatu prinsip dalam
manajemen bahwa keberhasilan suatu organisasi dinilai dari penempatan orang
yang tepat di posisinya.
Kalimat
sakti yang menjadi inspirasi bagi manajemen sumberdaya manusia strategis adalah
the right man on the right place. Ketika orang yang tepat sudah ditempatkan
pada posisinya, maka mantan Meneg BUMN Syofyan Djalil menyebut 80% permasalahan
sudah selesai. Di sinilah fungsi MSDM sebagai suatu strategi bagi organisasi. Hal
ini yang membedakan dengan strategi di area manajemen lain seperti: area
marketing dengan segmenting, targeting, positioning; area produksi dengan TQM,
continous improvement, six sigma dll; area keuangan dengan economic value added, merit
system; area strategik dengan balanced scorecard, quality function deployment
dll.
Penyusunan
strategi sumberdaya manusia harus relevan dengan strategi bisnis. Hal ini yang
dapat kita lihat di balik keberhasilan berbagai organisasi. Ignatius Jonan dipilih
sebagai direktur utama kereta api karena sikapnya yang tegas, tak takut tekanan,
tidak mau menyerah dan lurus. Jonan dipilih karena strategi bisnis PT KAI
adalah ingin meningkatkan pendapatan melalui semakin banyak orang memakai jasa
KAI. Mau tak mau yang harus dilakukan adalah memperluas area penumpang dan
memperbaiki pelayanan. Untuk itu, memang butuh orang yang berani menggusur PKL
dan pengasong dari areal stasiun supaya pelayanan makin nyaman dan tersedia tempat
bagi penumpang.
Kemudian
pada perjalanan bisnisnya, strategi bisnis KAI berubah, yakni ingin menjual
tiket secara on line agar orang tidak perlu antri membeli tiket. Untuk mengeksekusi
strategi bisnis ini maka Jonan memilih direktur SDM, umum dan IT dari orang yang
memiliki kesuksesan mengelola IT. Sekali lagi, ini adalah bentuk keselaran
antara penyusunan strategi sumberdaya manusia yang harus relevan dengan
strategi bisnis.
Contoh lain yang tak kalah heboh adalah
penempatan staf di pemerintah provinsi jakarta dengan model lelang jabatan. Meskipun
pada gelombang pertama program ini belum sukses benar akan tetapi ide ini
sangat bagus. Gelombang pertama belum sukses karena sangat sedikit orang baru
yang terpilih untuk menempati jabatan yang dilelang. Ini terjadi karena adanya
perubahan budaya dengan periode sebelumnya sehingga budaya ewuh pakewuh dengan atasannya masih ada. Menurut penulis,
kesuksesan dari program ini hanya menunggu waktu saja. Bahkan program ini akan
terus berlanjut di DKI Jakarta. Upaya yang ditempuh Ahok adalah dengan mewajibkan
pada pejabat di eselon II, III dan IV untuk membuat karangan bebas tentang apa
yang akan dilakukan terhadap jabatannya di masa mendatang. Dari karangan bebas
itu nanti akan dapat dilihat siapa pejabat yang memiliki solusi terbaik terhadap
permasalah di organisasinya masing-masing.